About me :)
About this blog
Blog ini memberi informasi ataupun berita mengenai pendidikan, hiburan, tips, cerita ataupun curahan hati saya
Blog List
Rabu, 18 Oktober 2017
Assalamu'alaikum wr wb
Selamat malam sahabat
Malam ini saya ingin menuangkan tulisan dari sebuah novel yang pernah ku buat semasa SMA. Sebenarnya isinya agak garing, but happy reading ^_^
Selamat malam sahabat
Malam ini saya ingin menuangkan tulisan dari sebuah novel yang pernah ku buat semasa SMA. Sebenarnya isinya agak garing, but happy reading ^_^
Idolaku
BAB 1
Tak
ada yang mengira hari ini begitu indah, semilir angin berhembus sejuk membawa
kedamaian di hati. Di antara rindangnya pohon yang tumbuh kokoh, seorang gadis
yang masih berseragam SMA duduk termenung menatap indahnya suasana sore itu.
Bau rumput yang masih basah karena hujan masih terasa, gerimis hujan selalu
membuat hatinya bahagia.
“Tasya!”
Seorang gadis yang juga masih memakai seragam SMA berteriak memanggil namanya,
dan sedang berjalan menghampirinya di bawah pohon.
“Loh,
Nanda kamu ngapain disini?” Tanya Tasya heran.
“Aku
tadi mencarimu, kata Gina kamu ada di taman ini, jadi aku ke sini deh.”
“Kamu
belum balik Nan?”
“Iya,
kamu juga kan. Tapi darimana saja kamu, katanya mau nunggu aku pulang dari
latihan basket.”
“Ya tadinya
aku juga dari sekolah, nungguin kamu. Tapi aku pergi ke ruang seni,Kak Alvin
ngadain konser kecil di sana, sayangnya aku malu untuk melihatnya lama-lama.
Jadi kabur ke sini deh.” Jelas Tasya panjang lebar.
Nanda
menatap mata Tasya, “Apa? Jadi kamu kagum betul dengan Si Alvin itu.” Nanda
kemudian duduk di samping Tasya, dengan tatapan yang serius.
“Yupp.”
Jawabnya singkat
“Kamu
serius?” Mendekat dengan tatapan yang sama.
“Ya
iyalah, semua cewek di sekolah kita kagum dengannya. Secara dia pintar dalam
pelajaran dan jago nyanyi, suaranya itu membuat aku bersemangat, dia juga
ganteng, pokoknya T.O.P BGTlah.” Mata
Tasya berbinar-binar menatap Nanda di sampingnya.
Nanda
memeriksa dahi Tasya, siapa tau Tasya
kesambet karena kena guna-guna dari Alvin. “Semua cewek yang ngefans Kak Alvin
bodoh, karena udah jelas Kak Alvin cuek bebek sama cewek, masih aja dikejar-kejar.”
“Ih,
apa-apaan sih kamu. Aku gak sakit kok.” Tasya melepas tangan Nanda yang menempel di dahinya.
“Gak,
siapa tau kamu kesambet guna-gunanya Alvin.”
“Siapa
juga yang kesambet, sok tau. Aku kan juga bukan cewek yang suka kejar-kejar Alvin,
aku kan mengaguminya diam-diam, jadi aku bukan cewek bodoh seperti ucapanmu.”
Ujar Tasya yang mulai kesal melihat Nanda.
Nanda
refleks menjitak kepala Tasya, “Sama aja
kali, apa bedanya coba.”
“Terserah
deh, pokoknya Kak Alvin idolaku.”
“Up
to you deh Tasya, kalau aku sih secuil
pun gak suka dia.” Ujar Nanda enteng.
Sekarang
giliran Tasya yang menatap Nanda dengan
wajah yang serius, “Kamu betul gak suka Kak Alvin?”
Nanda
yang kaget, menelan ludahnya beberapa kali. “Betul kok, emang salah ya?”
Tawa
Tasya tiba-tiba meledak, “Hahahaha, kamu norak Nan. Gak ngerti yang namanya
cinta.” Jelas Tasya, dengan memperlihatkan kedua tangannya yang membentuk hati.
Karena
tak ingin ditertawakan Tasya, Nanda mengalihkan pembicaraan. Melirik jam tangan
hijaunya yang diberi oleh ibu Tasya,
hadiah ulang tahunnya sebulan yang lalu. Nanda memang tinggal serumah
dengan Tasya, karena sejak kecil ibu
Nanda meninggalkan Nanda pada Bu Reni, ibu Tasya. Karena itu Nanda sangat benci
dengan ibu kandungnya, yang tega meninggalkan Nanda sewaktu kecil.
“Eh,
udah jam enam nih. Pulang yuk Sya, entar Tante Reni marah lagi.”
“Kamu
mau mengalihkan pembicaraan ya, ayooo?”
Nanda
jadi gelisah, “Gak kok, aku juga pernah kali ngerasain yang namanya cinta.”
“Benarkah,
sama siapa Nan?”
Nanda
langsung beranjak dari duduknya, dan berlari meninggalkan Tasya di bawah pohon.
“Kamu gak usah tau, ayo pulang.” Teriak Nanda yang semakin menjauh.
“Nanda
tunggu, jangan ninggalin.” Berlari mengejar Nanda dibawah hari yang sudah mulai
gelap.
“Hahahaha,
ayo kejar Sya. Payah kamu.” Ledek Nanda
Tasya
pun ikut tertawa, dan berlari untuk mengejar sahabatnya itu. Dalam tawanya ia
berharap semoga Kak Alvin juga bahagia sore itu hingga malam menjelang pagi
esoknya.
******
Matahari
mulai menampakkan sinarnya, sinar cahayanya menembus celah jendela kamar dua
orang gadis yang tidur sekamar. Gadis yang satu sudah terbangun daritadi, karena ia barusan
selesai melaksanakan kewajibannya sebagai
umat Islam, ia pun juga sudah mandi dan berpakaian seragam sekolah. Sementara,
gadis yang satunya lagi masih tidur dengan nyenyak, walaupun waktu sudah
menunjukkan pukul enam lewat sebelas.
“Dasar
tukang molor, kerjaannya tiap hari begini terus.” Tasya sudah mulai garuk-garuk
kepala, kepalanya bukan gatal karena ketombe, tapi karena jengkel melihat
kelakuan sahabatnya.
Tasya
mulai menghitung kebiasaan buruk Nanda, mau tau? Ya udah baca aja nih. Pertama,
tukang molor. Kedua, kalau habis main basket keteknya pasti bau, gara-gara jarang
pakai deodoran, alasannya sih karena
keteknya itu kadang iritasi dan gatal sesudah memakai deodoran. Ketiga, jarang
salat. Keempat, keras kepala dan suka main kucing-kucingan, maksudnya nih bukan
main kucing loh. Kalau gak tau kucing, nih gue kasih tau. Kucing itu sejenis
hewan mamalia yang imut banget. Nah, suka main kucing-kucingan yang dimaksud artinya
suka nyembunyiin rahasianya, gak mau tuh dia curhat sama Tasya. Yang terakhir,
suka kentut sana-sini. Kadang Tasya juga malu dibuatnya, tapi selain kelakuan
buruknya itu, ada juga loh kelakuan baiknya. Ya iyalah, tapi kalian cari tau
aja sendiri ya dengan membaca cerita ini sampai tamat. Capek dong nulisnya
kalau mau jelasin sifat baiknya satu-satu, kalau capek mau pijitin aku? Gak
kan, ya udah baca aja sendiri. Hemmmm, lanjut dengan ceritanya…
“Nan,
Nanda ayo bangun!” Bisik Tasya tepat di kuping Nanda yang masih tidur. Tapi,
Nanda masih asyik tidur dan malah tersenyum geli dengan mata yang masih
tertutup.
“Ihhh,
Nanda. Susah banget dibanguninnya, apa dia mimpiin cowok yang dia suka ya.”
Batin Tasya dalam hati. Ia pun membangunkan Nanda lagi, “Nandaaaaaaaaaa!!!!”
Teriak Tasya, tepat di kuping Nanda
“Ahhhhhh,,,,,”
Nanda bangun, ia terkejut dan kesal melihat Tasya.
“Tasya,
kan udah aku bilang. Kalau mau ngebangunin aku, jangan teriak di kuping dong.
Lagi mimpi main basket dengan Denny Sumargo juga, malah dibangunin.”
“Makanya,
kalau gak mau digituin, bangun pagi-pagi.”
“Iya.”
Ucap nanda pasrah.
Tasya
melemparkan handuk ke Nanda, “Mandi deh sana, badanmu udah bau.”
Nanda
pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi, ia masih kesal melihat
Tasya, dan menjulurkan lidahnya setiap Tasya menatapnya dengan tawa kecilnya.
“Hemmm,
lebih baik aku keluar sarapan.” Batin Tasya yang kemudian keluar menuju meja
makan, suara gemercik air ia dengar di kamar mandi. Berarti, Nanda gak
melanjutkan tidurnya di kamar mandi, ia benar-benar melakukan yang diperintahkan
Tasya. “Habis mandi, jangan lupa pake deodoran.” Teriak Tasya yang melintas di
depan kamar mandi.
“Iya,
bawel lu.” Sahut Nanda dari dalam kamar mandi.
“Hihihihihi…”
Tasya tertawa sendiri, berjalan menuju meja makan, dan masih saja tertawa.
“Kamu
kenapa Sya, sakit?” Tanya Bu Reni, ibu Tasya.
“Aku
gak sakit bu, cuma lucu aja lihat Nanda.”
“Lucu,
kalau lucu jangan diketawain toh.” Ujar Bu Reni yang daritadi berjalan mondar-mandir
membawa sarapan pagi dari dapur ke meja makan.
“Iya
deh, Tasya gak ketawa lagi. Bu, ibu masak apa buat sarapan pagi ini?” Perut
Tasya tak sanggup lagi menahan rasa laparnya, karena mencium bau harum dari
masakan ibunya.
“Ya,
masak apalagi, kalau bukan nasi goreng kesukaan kamu. Kita kan gak punya cukup
uang kalau sarapannya pake ayam, daging, sayur dan lainnyalah.”
“Ya
elah ibu, kalau makan itu sih bukan breackfast namanya, tapi udah porsi lunch.”
“Kamu
ngomong opo toh Sya, ibu kagak ngerti.”
Tasya
geleng-geleng kepala, lupa kalau ibunya gak tau bahasa Inggris.
“Breackfast
itu artinya sarapan bu, kalau lunch artinya makan siang.”
“Makanya,
kamu itu jangan pake bahasa planetmu toh Sya.”
Tasya
memejamkan matanya sesaat, “Ibu, itu bukan bahasa planet, tapi language English
alias bahasa Inggris.”
Bu
Reni mengangguk-anggukkan kepalanya, pura-pura mengerti apa yang diucapkan
Tasya.
“Ya
weslah terserah kamu, yang penting belajar yang bener.”
“Aku
kan udah belajar yang bener, buktinya dapet beasiswa.”
Bu
Reni mengusap-usap kepala anaknya, “Bagus, itu namanya anak ibu.”
Tiba-tiba
Nanda datang dengan masih mengenakan handuk ditubuhnya, ia berjalan dan duduk
di depan Tasya.
“Tante,
jangan Tasya aja yang dipuji. Aku juga dong.” Mengambil nasi goreng di depannya
dengan santai.
“Hmmm,
maunya.” Ledek Tasya
“Emangnya,
kamu pinter apa Nan?” Bu Reni berpikir sejenak, mengingat prestasi apa saja yang diperoleh
Nanda di mata pelajaran sekolahnya. Tapi, Bu Reni tidak mendapatkan, ya karena
memang Nanda payah soal pelajaran. Ia aja benci pelajaran bahasa Indonesia
apalagi pelajaran yang berhubungan dengan perhitungan.
“Aku
kan jago basket bu, jarang loh ada cewek pinter basket. Bentar lagi aku juga bakal kepilih jadi ketua tim
basket cewek di sekolah.”
“Gitu
aja bangga.” Tasya menjulurkan lidahnya dengan wajah kesal melihat Nanda.
“Mmm,
dalipada ka..mu.. lye..mah.” Tandas
Nanda yang masih mengunyah makanannya.
“Lemah,
tapi otak encer.” Balas Tasya dengan bangganya.
“Sudah,
kalian jangan bertengkar lagi.”
“Tasya
tuh, tante yang duluan.”
Tasya
tidak terima dengan tuduhan Nanda, ia tidak mau kalah. Dengan kesalnya ia
mengambil semua nasi goreng di depannya, dan memakannya dengan lahap.
“Dasar
rakus,.” Nanda juga mengambil semua susu yang tersedia, bahkan susu untuk Tasya
pun ia ambil secepat kilat.
“Ehhh,
susuku. Ehekk, ehek,,ehek.” Tasya keselek karena menyantap semua nasi goreng
di piringnya dengan tak hati-hati.
“Rasain.”
Ledek Nanda yang memperlihatkan susu yang ia teguk sedikit demi sedikit ke
dalam tenggorokan.
“Nan,
plis bagi dong. Huk,,huk,,huk.” Bu Reni yang mendengar dari dapur, segera berlari
membawa segelas air putih. “Nih, minum.”
Katanya kalem.
“Huhhh,
lega.” Ucap Tasya, yang merasakan betul nikmatnya setiap air yang masuk
ditenggorokannya.
Selesai
keduanya makan, Bu Reni lalu membereskan piring, dan gelas di atas meja makan
yang telah digunakan. Dan berbalik ingin menuju dapur, tapi langkah Bu Reni
terhenti dan berbalik menatap kedua anak itu. “Nanda, cepat makan terus pakai
baju. Tasya, kamu nanti jangan sampai keluyuran lagi sepulang sekolah, bantu
ibu jaga di toko bunga.”
“Sya,
tante Reni marah ya?”
“Mungkin.”
Jawabnya pendek, dan beranjak meninggalkan Nanda.
“Maaf
ya tadi.”
“Gak
pa-pa kok.”
Nanda
tersenyum kembali, mereka kembali akur. Layaknya film Tom and Jerry, sebentar
akur, sebentar musuhan. Tapi semuanya tidak lama, karena rasa persahabatan
mereka lebih besar.
*****
Tik,
tik, tik, rintik hujan turun lagi. Tapi tak seperti hari sebelumnya, pagi itu
hujan lebat. Untunglah Tasya dan Nanda sampai di sekolah tepat sebelum hujan
turun, udara dingin menyelimuti pagi itu.
“Sya,
dingin banget ya. Kamu merasakannya juga gak?” Tanya Gina teman sebangkunya
Tasya
mengerutkan keningnya, “Gin, semua orang juga rasain kali, termasuk aku.”
Jawabnya ketus.
“Iya
ya, kok gue bego’ gitu ya.” Gina bingung sendiri dan menggaruk-garuk kepalanya.
“Bukan
aku yang ngomong loh, kalau kamu bego’.”
Nanda
yang berada tepat di belakang Tasya, sedang asyik sendiri bermain PS yang
dipinjamnya dari Randi teman sekelasnya. Itu sudah termasuk hobi Nanda setiap hari,
selama menunggu guru masuk di kelasnya. Karena Nanda pikir daripada gosip pagi,
menimbulkan dosa, lebih baik santai main PS, apalagi PS pinjaman.
“Hussst,
berisik kalian berdua.” Kesal Nanda yang merasa bahwa dirinya terganggu dengan
suara di depannya.
Tasya
dan Gina saling lirik, “Kita gak boleh berisik Sya, macan mau ngamuk.”
“Gina
yang lemot, gak usah nyari gara-gara ya. Gue lagi asyik main nih.” Ujar Nanda
yang daritadi sibuk mengotak-atik game PS milik Randi.
“Okey
deh.” Ucap Gina lirih.
Bel
tiba-tiba berbunyi, dan siswa sekelas Tasya yang masih di luar disusul guru
yang mengajar pagi itu masuk berbarengan ke dalam kelas. Bu Siska guru
matematika yang mengajar di kelas dua, masuk dengan meneteng tas berwarna ungu
merek Gucci. Wanita berumur 30 tahun itu memang suka dengan warna ungu, bahkan
setiap masuk di kelas Tasya, Tasya hafal betul tas yang Bu Siska pake, yaitu warna
ungu tapi dengan berbeda merk.
Dengan
anggunnya Bu Siska berjalan di depan kelas, dan langsung menaruh tasnya di atas
meja. Kali ini, ia juga memakai sepatu ungu, dengan rok tepat di lutut. Di
sekolah Tasya memang masih sedikit yang memakai jilbab, dari gurunya, sampai
siswanya. Karena tidak semua penghuni sekolah itu, mayoritas Islam. Jadi
siswanya pun tidak diwajibkan juga memakai jilbab dan baju lengan panjang
dengan rok pas di mata kaki. Sesuai dengan hati nurani mereka sendiri, asalkan
ada kemauan mereka pasti berjilbab, menutup aurat. Bahkan di kelas Tasya, hanya
Anisa yang memakai jilbab, walaupun banyak di kelas itu yang beragama Islam,
tapi mereka belum siap aja.
“Pagi,
anak-anak.” Sapa Bu Siska
“Pagi
bu.” Jawab seluruh siswa di kelas. Nanda cepat-cepat menaruh game PS Randi di
laci mejanya, takut Bu Siska menangkapnya lagi, terus ia dan Randi harus
dihukum karena bermain di kelas.
“Baiklah
sebelum memulai pelajaran, ibu absen dulu menurut siswa yang mendapatkan nilai
tertinggi ujian matematika minggu lalu.”
“Asyik.”
Batin Tasya dalam hati-hati, ia merapatkan kedua tangannya dan berdoa
memejamkan mata, mudah-mudahan aku berhasil lagi ya Allah.
“Natasya
Anggreni, selamat kamu dapat nilai 100.” Ucap Bu Siska kemudian, dan dibarengi
tepuk tangan teman-temannya. Bu Siska mendekati Tasya, meletakkan lembar
jawaban Tasya. “Selamat ya!” Lanjutnya dengan senyuman tipisnya yang memakai
lipstick berwarna ungu muda.
Tasya
meraih kertas itu, melirik dan memeluknya kemudian, terima kasih Tuhan, dan terima kasih ibu.
Bu
Siska kemudian berjalan menyebarkan lembar jawaban siswa yang telah
diperiksanya, kini tiba giliran Nanda. Bu Siska berhenti di dekat Nanda,
terdiam sejenak dan geleng-geleng kepala dengan wajah kecewa.
“Nanda
Purnamasari, kamu tambah maju.”
“Benarkah
bu?” Tanya Nanda dengan wajah yang tak percaya, padahal minggu lalu saat ujian
ia tidak pernah belajar, dan dari 20 nomor hanya 5 yang mampu ia jawab. Masa
kali ini, nilainya meningkat, benar-benar mustahil.
“Teman-teman
kalian jangan ngehina gue lagi, gue kali ini lulus. Nilaiku meningkat, iya kan
bu?” Teriak Nanda dengan girangnya.
“Iya,
nilaimu meningkat dari 32 menjadi 41. Ini termasuk kemajuan yang payah.” Ngomel
Bu Siska kemudian.
Tawa
teman-temannya pun meledak mendengar omongan Bu Siska, Tasya juga ikut tertawa.
“Hussst,
sudah diam!”
“Hemmm,
aku kirain dapet 70 ya cuma naik 9 angka.” Batin Nanda dalam hati.
“Bener-bener
disayangkan, padahal kamu serumah dengan Tasya. Apa kamu gak pernah belajar
dengannya?”
Nanda
hanya menunduk dan tersipu malu, “Gimana mau belajar bareng bu, dianya gak suka
main basket. Dan aku juga gak suka pelajaran matematika, nah gimana kami mau
belajar bareng coba.”
“Maksudnya?”
“Kata
ibu barusan, kenapa aku gak belajar bareng, ya dia gak suka main basket bu.
Jadi, aku gak bisa deh belajar basket bareng dia.”
“Bukan
soal itu, tapi soal mata pelajaran.”
“Emang dari
sononya kali bu..”
“Ckckckck, keluar sekarang!” Bu Siska berdecak kesal
“Ckckckck, keluar sekarang!” Bu Siska berdecak kesal
Nanda
beranjak dan memeluk tasnya, “Baik, saya akan berusaha bu lain kali.”Ucapnya
kemudian
Wanita itu
hanya menatap Nanda dengan sorotan mata yang antara kesal dan kasihan, tapi
terlanjur dia sudah menyuruh siswanya itu keluar.
Selepas Nanda
keluar, pelajaran kembali dilanjutkan.
“Sya, thanks
ya bantuanmu kemarin.” Bisik Gina di sela pelajaran berlangsung.
“Bantuan
apa?”
“Berkat kamu
kan aku dapet nilai 80 diujian ini, masa gak tau maksud aku.”
“Oh,
sama-sama.”
Gina
bersyukur dalam hati, untung dia dapet 80. Kalau tidak dia juga mungkin akan
disuruh keluar, soalnya pikir aja dia dari kelas satu SMA sebangku Tasya, masa
dia gak pinter-pinter juga.
Jam
istirahat di kantin, Tasya, Nanda, dan Gina memilih duduk di samping pintu
masuk. Alasannya sih kalau jam masuk, mereka cepat keluar jadi gak harus antri.
“Aduh
untung, tadi pagi hujan turun, jadi cuaca dingin. Kalau gak, bisa-bisa
perasaan gue tadi pagi panas. Bu Siska kejam banget nyuruh gue keluar, gak tau
apa kalau orang bego’ yang musti dapet ilmu yang lebih.” Curhat Nanda pada kedua
sahabatnya.
“Syukur
gue dapet nilai tinggi, hampir aja nasib gue sama kayak elu Nan.”
“Saba
raja ya Nan.” Hibur Tasya.
“Sya,
akhir-akhir ini kita sering makan di kantin Mbak Cici deh. Perasaan ini bukan
tempat nongkrong kita dulu, jangan-jangan ini cuma alasan kalian.”
Tasya
hanya cuek mendengar Gina, ia sedang menikmati
batagor yang ia pesan, sambil menunggu Kak Alvin masuk ke kantin Mbak
Cici.
“Biar
gue yang jawab Sya.” Celetuk Nanda
“Emangnya
mau jawab apa kamu?”
“Gini
ya Gin, kita itu kesini buat makanlah. Jadi jangan salah paham ya, ngerti kowe?”
“Ya
wes aku ngerti.”
“Good.”
Ucap Nanda mengacungkan kedua jempolnya.
Saat
yang dinanti-nanti pun tiba, Alvin beserta keempat teman cowoknya dan dua teman
ceweknya masuk ke kantin. Berjalan seakan itu rumah mereka, dengan sombong dan angkuhnya
mereka duduk di tempat biasa mereka nongkrong. Melihat itu, Mbak Cici langsung
menghampiri mereka.
“Mau
pesan apa mas?” Tanya Mbak Cici kalem.
“Biasalah
Mbak, makanan yang paling mahal di tempat ini.” Jawab Romi, sahabat Alvin.
“Iya
mas, kalau gitu saya bikinin dulu. Permisi.” Pamit Mbak Cici buru-buru. Sementara
kedua cewek di dekat Alvin, mengusir Mbak Cici dengan angkuhnya. “Husssttt,
sana pergi!”
Tasya
dan Gina tampak terpukau melihat kedatangan Alvin, tapi ternyata bukan hanya mereka berdua yang terkagum-kagum
dengan Alvin, melainkan siswa wanita yang ada di kantin itu pun sama halnya.
Mereka berhenti makan, mengunyah, minum, hanya karena terpukau dengan
ketampanan Alvin. Tapi tak hanya Alvin yang tampan keempat temannya pun sama
mulai dari Romi, Denny, Zul, danTommy. Banyak yang mengatakan bahwa kedua cewek
yang mengikuti mereka berlima memang beruntung, karena memang tidak sembarangan
orang yang bisa dekat dan mengobrol dengan Alvin. Namanya Luna dan Gaby, mereka
berdua adalah cewek terkenal dan kaya, mereka sering menyebut dirinya duo angel
yang mendampingi para ksatria yang tampan. Tapi sayang, karena kekayaan mereka,
mereka juga sangat sombong dan angkuh.
“Sya,
kalau ketemu mereka tiap hari mah, gue juga mau kok makan tiap hari disini.”
“Aduh,
Gina dan Tasya. Apa yang istimewa sih dari mereka?” Tanya Nanda yang daritadi garuk-garuk
kepala dan sesekali geleng-geleng kepala, pusing sendiri.
Mendengar
itu, akhirnya Tasya angkat bicara. “Nan, mereka cool tau, liat aja mereka
sangat cuek.”
“What,
cool, cool apanya? Itu mah namanya sombong bu.”
“Ih,
dasar Nanda norak.” Ledek Gina
“Kalian
berdua tuh yang norak, cabut yuk.”
“Tapi
batagornya belum habis Nan.”
“Alah,
itu cuma alas an elu doang .”
Nanda
lalu menyambar dan menghabiskan batagor yang masih tersisa, tapi karena
buru-buru melahapnya, tanpa sadar ia memuntahkannya lagi.
“Ueeee,,,,”
Semua makanan yang ada di perut Nanda juga
ikut jatuh di lantai bersama batagor yang masih belum terkunyah betul. Semua pandangan tertuju kepada Nanda.
Alvin
dan semua penghuni yang ada di kantin Mbak Cici saat itu melihatnya, mereka
otomatis merasa jijik. Ada yang keluar buru-buru karena merasa ikut mual, dan
ada yang tampak kesal karena selera makannya hilang.
“Ihh,,,
jorok banget.” Ucap Luna dan Gaby bebarengan.
“Dasar
cewek jorok.” Maki siswa yang lain.
“Nan,
lu jorok banget sih.”
“Kacau
nih Gin.” Tasya juga ikut panik.
Nanda
yang masih merasa mual, meneguk secepat kilat teh botol di depannya. Semua siswa yang melihat
terheran-heran dan bengong.
“Busyet
tuh cewek, selain jorok anaknya juga rakus.” Celetuk Denny.
“Benar.”
Alvin
beranjak dari duduknya, “Nafsu makanku hilang, kita balik ke kelas aja.”
Karena
nafsu makan Alvin hilang, akhirnya keenam temannya juga gak jadi makan. Tapi
walaupun begitu, Alvin tetap membayar makanan yang ia pesan. Namanya juga orang
kaya.
“Mbak,
makanannya kasih aja semua sama yang lain.” Teriak Alvin.
“Iya
mas, siplah.”
“Uangnya,
saya tinggal disini.” Mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari dompetnya
dan menaruhnya di atas meja.
“Ayo
cabut.” Ucap Alvin kemudian.
“Yuk
Al, gue juga enek lihat tuh anak.” Tambah Luna.
Mereka
pun akhirnya keluar, dan tampak sebagian siswa merasa kecewa dan kesal melihat
sikap Nanda.
Seorang
siswa cewek pun menghampiri Tasya, Nanda, dan Gina.
“Hai,
lain kali kalian gak usah makan disini deh. Bikin selera makan kami jadi
terganggu.Ngerti!” Gertaknya.
Tasya
dan Gina hanya bisa mengangguk pasrah, sementara Nanda hanya bisa ngomel dalam
hati. Mau melawan tapi takut, karena yang mereka hadapi adalah kakak kelasnya,
mereka takut untuk mencari maslaah.
“It’s
ok kak, lagi pula makanan disini biasa aja tuh. Yuk, Sya kita balik ke kelas.”
Menarik lengan Tasya, dan segera kabur.
“Eh,
aku jangan ditinggal.” Gina ikut kabur buru-buru mengikuti langkah kedua
sahabatnya itu.
*****
Bel pulang berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing . Cuaca kali ini masih
mendung, sepertinya hujan akan turun lagi seperti paginya. Membuat suasana
menjadi tentram, begitu pun perasaan Tasya, yang bahagia jika hujan tiap kali
turun.
“Aduh,
maaf ya Nan, kali ini aku gak bisa nunggu kamu latihan.”
Nanda
yang berjalan disamping Tasya, menjadi manyun. “Ya elah Sya, kemarin gak
nemenin aku, hari ini pun juga tidak,
tega bener kau padaku.”
Langkah
Tasya tiba-tiba berhenti di depan pintu disusul langkah Nanda. “Tadi pagikan
kamu denger sendiri omongan ibuku, hari ini aku gak boleh pulang telat kayak
kemarin.”
Nanda
menghela napas beberapa kali, “Ya udah deh Sya, biar aku pulang sendiri nanti.”
“Kamu
gak marah kan?”
“Iya,
gaklah.” Ucap Nanda singkat, lalu tersenyum lebar menatap sahabatnya.
“Kalau
gitu aku pulang dulu ya Nan, udah jam dua lewat juga. Ntar aku kehujanan lagi
di tangah jalan.”
“Hmmm,
itukan yang kamu suka.”
“Hehehe,
tau aja.”
“Kalau
aku mah, malah benci yang namanya hujan. Bawa penyakit, terus gak bisa main
basket lagi.”
“Basket
aja dipikiranmu, ya udah aku cabut dulu ya.”
“Eitss,
tunggu dulu Sya.” Cegat Nanda tiba-tiba.
“Kenapa
lagi Nan?”
Nanda
mengeluarkan sebuah jaket berwarna abu-abu dari tasnya. “Nih, ambil ini. Siapa
tau aja kamu kehujanan di tengah jalan, jadi pake aja jaket kesayanganku ini.”
“Kamu
tau kan, kalau aku gak takut hujan?”
“Iya,
tapi kalau kedinginan gimana?”
Tasya terdiam sejenak, kemudian meraih jaket
Nanda. “Ya udah deh, tengkyu ya. Bye..” Pamit Tasya, melambaikan tangannya
hingga hilang dipandangan mata Nanda.
Langkah
Tasya tiba-tiba terhenti diparkiran yang
terlihat sepi, ia kemudian langsung bersembunyi di balik semak-semak ketika
melihat dua orang siswa cowok yang
mengotak-atik mobil Alvin.
“Itukan,
Kak Zul dan Kak Tommy, sedang apa mereka.” Pikir Tasya dalam benaknya.
“Zul,
lu yakin rencana ini bakal berhasil?” Tanya Tommy, yang sudah selesai dengan kerjaannya.
Zul
melap keringatnya yang bercucuran di kening dan leher, padahal siang itu mendung , terik matahari tidak
panas sama sekali, dan itu membuat Tasya makin curiga. Tasya melanjutkan
menguping pembicaraan dua cowok itu, walaupun tak terlalu jelas ia dengar.
“Yakinlah, pas mobilnya melaju, remnya blong dan dia
bakal mampus.”
“Bagus,
itu yang gue suka. Dan tak ada lagi saingan kita di sekolah ini.” Tambah Tommy.
“Dan
lu udah pastikan kan, kalau anak-anak
yang lain gak ikut pulang bareng ma Alvin?”
“Udahlah,
mereka kan dari tadi udah cabut. Kalau Alvin masih latihan vokal katanya.”
“Hahahaha,
bagus.” Tawa picik Tommy dan Zul
meledak.
Sementara
itu,
“Astagafirullah
Al Azim, Kak Tommy dan kak Zul ternyata jahat. Aku harus gagalkan rencana
mereka, tapi gimana caranya ya?” Tasya menggigit bibirnya, berpikir keras untuk
menyelamatkan idolanya itu. Dia ingin
langsung beritahu Alvin,tapi menatap wajah Alvin dari dekat saja ia tidak berani, apalagi bicara, karena groginya tingkat
tinggi.
“Aku
tunggu aja kali ya kak Alvin, terus aku
harus berani ngomong ma dia. Ya harus!” katanya mantap.
Setengah
jam, Tasya menunggu di balik semak-semak
itu, ia tak berani keluar karena Zul dan Tommy juga menunggu Alvin di parkiran.
Siswa yang lain memang sudah kebanyakan pulang, dan hanya tampak sedikit mobil
dan motor yang masih parkir, mungkin itu milik siswa yang masih latihan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
“Zul,
balik aja yuk.”
“Loh,
memangnya kamu gak mau lihat Alvin celaka.”
Tommy
garuk-garuk kepala, “ Ya pengenlah, tapi kalau dia lihat kita disini, bisa ketahuan dong.”
Zul
berpikir sejenak, “Omongan lu ada benernya juga. Ya udah kita tunggu dia, di bawah pohon di
lorong dekat sekolah. “
“Nah,
kalau disitu aku setuju, kita gak bakalan dilihat ma Alvin.”
“Yoi
bro.” Zul kemudian mengeluarkan kunci mobilnya dari saku, dan bergegas menuju
tempat yang ia maksud.
Setelah
keduanya pergi, Tasya akhirnya bisa keluar juga. Badannya sudah terasa gatal,
karena terlalu lama bersembunyi. Rintik hujan pun turun perlahan membasahi
tubuh Tasya yang berdiri mematung menunggu Alvin. Tasya mengeluarkan jaket
Nanda yang diberikan oleh Nanda tadi, dan memakainya.
“Aduh,
Kak Alvin sampai jam berapa sih latihannya, lama benget deh.” Kata Tasya.
Selang
beberapa menit, akhirnya Alvin pun keluar. Ia tampak sendiri dengan menenteng gitar kesayangannya, dan kunci
mobil yang ia mainkan ditangan.
“Pergi
gak ya, pergi gak ya. Aduh aku grogi nih.”
Tasya menarik
napas pelan-pelan, dan menghembuskannya lagi.
“Huuuu,,”
Alvin membuka
pintu mobilnya, dan ia pun masuk.
“Waduh,
terlambat. Kak Alvin keburu masuk.”
Tasya panik sendiri, dia seperti cacing kepanasan.” Aduh, bodoh aku”
Ngomelnya pada dirinya sendiri.
Karena tak
ingin ketahuan, Tasya berlari keluar pintu gerbang dengan sembunyi-sembunyi,
dibalik semak-semak yang rimbun. Ia akhirnya sampai di depan pintu gerbang yang
jaraknya memang dekat dari parkiran. Sebelum mobil Alvin keluar, Tasya berlari
lagi menunggu mobil Alvin di dekat lorong yang dimaksud Zul dan Tommy.
Tak lama
kemudian mobil Alvin pun keluar, dan melaju dengan kecepatan yang cepat. Tiba
di dekat Zul dan Tommy menunggu, Tasya yang sudah melihat mobil Alvin telah
nampak, langsung berdiri di tengah jalan
dan melambaikan tangannya, berteriak sekeras mungkin.”Berhenti Kak, remnya
blong.”
Zul dan Tommy
yang melihat kejadian itu terlonjak kaget, awalnya mereka tak curiga dengan
sikap Tasya yang berdiri sendiri menunggu seseorang, dan ternyata yang ia
tunggu adalah Alvin.
“Gawat nih
Tom, kenapa cewek itu bisa tau ya?”
“Gue juga gak
tau, siapa juga cewek itu.” Tommy mengherdikkan bahunya.
“Tuh cewek
yang tadi di kantin Tom, teman cewek jorok itu.”
“Iya gue
ingat, berarti dia lihat kita tadi.”
“Waduh, gawat
nih.”
Di dalam
mobil, Alvin pun kaget, tapi ia tak melihat jelas wajah cewek yang ada di
depannya, karena kaca mobilnya basah
tertutupi rintik hujan yang turun. “Siapa gadis itu,dasar gila. Dia pasti fans
fanatikku, dia pikir aku mau ditipu dengan gayanya yang aneh itu.” Alvin bermaksud turun dan ingin memaki gadis
itu, tapi saat remnya ia injak, mobilnya malah tak berhenti. Mobil itu terus
melintas, dan Alvin membanting setir ke kiri ke kanan, berusaha tak menabrak
Tasya. Tapi terlambat, Tasya tertabrak dan tubuhnya terbanting, kepalanya membentur aspal dengan keras, darah
pun deras mengalir dari kepalanya. Mobil Alvin berdecit keras dan berhenti
ketika menabrak sebuah pohon. Jalanan itu tampak sepi, karena memang
jarang di lewati orang banyak, Zul kemudian keluar disusul oleh Tommy.
“Kita bawa
gadis ini ke rumah sakit Tom.” Kata Zul panik, dibawah rintik hujan yang turun.
“Iya, kita
harus tanggung jawab. Seharusnya Alvinkan yang celaka, bukannya dia.”
“Alvin
gimana?”
“Gak usah
peduli dengannya, biar dia mampus disana.”
“Ayo buruan,
entar ada orang yang lihat kita.” Mereka bergegas mengangkat tubuh Tasya, dan
memasukkannya di mobil. Mobil itu pun
melaju cepat menuju rumah sakit, sementara Alvin masih terluka parah di dalam
mobil.
*****
Kring,,,kring,,,kring,,,
telpon tua itu berbunyi beberapa kali. Mendengar itu Bu Reni tergopoh-gopoh
mengangakat telpon, entah mengapa perasaanya tiba-tiba risau.
“Hallo,
assalamu alaikum.” Sapa Bu Reni.
“Waalaikum
salam, apa benar ini dengan keluarga Natasya Anggreni?” Tanya seseorang diujung
telpon.
“Iya bener, siapa
ya?”
“Kami dari
pihak rumah sakit, ingin memberitahukan
bahwa anak ibu mengalami kecelakaan.”
“Ke-ce-la-ka-an.”
Ucap Bu Reni terbata-bata. Jantungnya seakan copot mendengar ungkapan wanita
yang menelponnya.
“Iya benar
bu, dan kami minta ibu segera kesini, karena keadaan pasien sangat kritis.”
“Iya mbak,
tapi ning ngendi?”
“Di rumah
sakit harapan bunda, kalau begitu assalamu alaikum ibu.” Jawabnya singkat, dan
telpon pun terputus.
Bu Reni
mengusap-ngusap dadanya, “Astagfirullah, ndok – ndok ngapa iki musti terjadi.”
Bu Reni
kemudian menelpon Nanda, setelah itu Bu Reni dengan tergopoh-gopoh langsung
menuju rumah sakit.
Sementara itu
ditempat latihan basket, Nanda sangat panik.
“Guys, aku harus cabut sekarang.” Katanya
tiba-tiba, setelah menutup handphonenya.
“Kenapa?”
Tanya Kintan heran. Kintan adalah teman klub basket Nanda.
“Ada masalah
keluarga, gue mesti balik sekarang. Ini gawat.”
“Ya udah,
pulang aja kalau memang harus.”
“Thanks ya.”
Ucap Nanda terseyum tipis.
“You’re
welcome.” Kintan memukul –mukul lengan Nanda.
Nanda pun
berlari keluar dengan buru-buru, dan membuat anak basket lain bingung.
“Kenapa lagi
tuh siNanda?” Tanya Indri, anggota basket lain.
“Setelah
terima telpon dari seseorang, ia terlihat panik. Katanya sih ada masalah
keluarga, penting.” Jawab Kintan.
“Owwww.”
Indri hanya membulatkan bibirnya.
Dan latihan
pun mereka lanjutkan lagi, tanpa kehadiran Nanda.
Hujan yang
turun tidak ia pedulikan lagi, demi sahabatnya yang ia sayangi Nanda nekat
menerobos hujan , peristiwa alam yang ia benci. Tak perlu menunggu beberapa
lama, Nanda langsung menyetop taksi yang tiba-tiba melintas di depannya.
“Pucuk di
cinta ulan pun tiba.” Batin Nanda dalam hati.
“Pak kerumah
sakit harapan bunda ya.” Ujarnya ketika masuk dalam taksi, tubuhnya yang basah
sudah mulai kedinginan.
“Baik mbak.”
Jawab supir taksi itu singkat.
Waktu
menunjukkan pukul 17.07, Nanda tiba di depan rumah sakit yang cukup besar itu.
Untunglah uang sakunya masih cukup untuk membayar ongkos taksi. “Terima kasih
ya pak.”
“Iya mbak.”
Nanda turun,
dan taksi itu pun langsung pergi. Ia berlari menuju bagian resepsionis rumah
sakit.
“Mbak, pasien
yang bernama Natasya Anggreni di rawat dikamar berapa ya?” Tanya Nanda cepat,
ia seakan dikejar oleh seseorang.
“Oh, pasien
Natasya Anggreni yang baru tadi siang masuk, dirawat di kamar 303.”
“Terima kasih
mbak kalau begitu.” Nanda lalu buru-buru mencari kamar yang dimaksud, dan tak
lama kemudian ia melihat Bu Reni telah duduk di ruang tunggu depan kamar Tasya.
Matanya sembab, wajahnya pucat dan lemas.
“Tante.”
Panggil Nanda, dan berjalan menuju Bu Reni.
Air mata Bu Reni
tumpah seketika, ketika melihat Nanda menghampirinya. Ia memeluk tubuh gadis
manis itu, yang ia anggap sebagai anak kandung sendiri.
“Nanda, Tasya
Nan, Tasya.”
“Tasya
ke-na-pa, tante.” Tanya Nanda terbata-bata.
“Tasya
kritis, kepalanya terbentur keras.”
“Terus, apa
Tasya dioperasi?”
Bu Reni
melepas pelukannya, “Iya, sudah tadi. Dan biayanya itu, sudah ditanggung oleh
orang yang membuat Tasya celaka, orang itu bertanggung jawab.”
“Syukurlah.”
“Tapi Tasya
kritis Nan, dia masih koma.”
“Kita harus
sabar tante, ini cobaan buat kita.”
Bu Reni
menghapus air matanya, dan bersandar dikursi.”Ya, sampeyan bener toh ndok.”
Keesokan
harinya, kabar baik datang. Tasya sudah sadar dari komanya. Ia membuka matanya
pelan-pelan, dan hal pertama yang ia lihat setelah lama tertidur adalah seorang
wanita setengah baya dan gadis manis yang berpakaian SMA disampingnya.
“Kalian
siapa?” Tanyanya tiba-tiba.
Bu Reni dan
Nanda saling bertatapan.
“Panggil
dokter Nan, cepat.”
“Iya tante.”
Nanda kemudian keluar, dan masuk lagi bersama seorang dokter pria.
Dokter itu
memeriksa keadaan Tasya sebentar, kemudian bicara.
“Maaf ibu,
karena benturan keras di kepalanya, pasien mengalami amnesia, atau yang lebih
dikenal dengan hilang ingatan.”
Bu Reni
tersentak kaget, “Aduh, cobaan apalagi ini.”
“Aku siapa,
dan dimana aku?” Tanya Tasya lagi.
“Kamu Natasya
Anggreni, anak ibu toh ndok.” Bu Reni mengusap kepala Tasya yang masih
diperban.
“Natasya
Anggreni?” Tanya Tasya.
“Iya Natasya
Anggreni, dan aku adalah Nanda, sahabatmu.” Jawab Nanda meyakinkan.
Tasya
memejamkan matanya, mencoba mengingat apa yang pernah ia alami. Tapi kepalanya
tiba-tiba sakit ketika mengingat kejadian masa lalunya.
“Tolong
pasien jangan dipaksa, untuk mengingat
semua kejadian yang pernah terjadi dalam hidupnya, penyembuhan ini butuh proses
bertahap. Jika pasien dipaksa mengingat masa lalunya, hal itu akan berdampak
buruk, dan bisa-bisa pasien malah melupakan masa lalunya untuk selama-lamanya.”
Jelas dokter Rudi panjang lebar.
“Iya dok,
kami mengerti.”
“Untuk
sementara waktu, pasien harus menginap selama satu minggu, sampai keadaannya
benar-benar membaik.” Sambungnya kemudian.
“Iya
dok.”
Di
lain pihak,
Alvin
terbaring lemas di rumah sakit yang sama, tapi berbeda ruangan. Kamar Alvin
terkesan mewah, fasilitas di kamarnya dilengkapi kulkas kecil, TV, AC, dan
peralatan pengobatan yang canggih. Berbanding terbalik dengan Tasya yang
tinggal di kamar biasa. Keadaan Alvin tidak seburuk Tasya, ia hanya terluka di
bagian lengannya. Tapi ia tampak kecewa.
“Mas,
mama mana?” Tanya Alvin lemas, pada Aldi saudara dia satu-satunya.
Lelaki
disampingnya menatap Alvin, wajahnya tampak kecewa. “Kamu gak usah nanyain
mama, dia masih diluar negeri.”
“Dia
sudah tau?”
“Sudahlah
Alvin, malahan sejak kamu masuk di rumah sakit ini. Tapi mama, masih saja sibuk
dengan urusannya.”
Alvin
menghela napas panjang, ia merasa sedih dan kecewa.
Denny
sahabat dekat Alvin datang menjenguk, ia membawa sekeranjang buah. Di taruhnya
buah itu di dekat Alvin.
“Halo
Mas.” Sapanya pada Aldi.
“Oh
Denny, kebetulan kamu datang.”
Denny
tampak bingung, “Kebetulan kenapa ya mas?”
Aldi
beranjak, dan menepuk pundak Denny. “Tolong jagain Alvin, mas mau pulang ke
rumah.”
“Oh
tentu mas, om Irwan kan sakit di rumah. Siap mas, aku siap jagain dia.” Denny
tampak bersemangat.
“Kayak
aku anak kecil aja.” Mulut Alvin komat-kamit.
“Ya
udah. Vin, mas pulang dulu ya. Den, jagain ya.” Mas Aldi mengambil jas
kantornya yang sudah bau semenjak kemarin ia pakai dan belum di cuci karena
menemani Alvin sejak semalam. Tubuhnya berbalik dan pergi. Denny duduk di
samping Alvin, menatap sahabatnya dengan pandangan yang lain.
“Kenapa
elu lihatin gue segitunya, gue udah sembuh kok. Palingan besok sudah pulang.”
“Gue
heran, kenapa lu bisa kecelakaan ya.”
“Gue
juga gak tau, tapi gue terus teringat deh.”
Tubuh
Denny makin mendekat, “Teringat apa?”
“Gadis
yang menghalangi jalan gue, hingga akhirnya gue kecelakaan.”
“Jadi
gara-gara cewek itu, siapa orangnya?” Tanya Denny antusias.
“Bukan
karena dia, malahan dia yang nyelamatin hidupku. Kalau dia gak ada, pasti
lukaku ini sangat parah.” Jelas Alvin.
“Aneh.
Berarti, ada orang yang ingin celakain kamu, dan gadis itu tau.”
Alvin
tiba-tiba teringat sesuatu, “Betul, omongan elu betul.”
“Jadi
besok kita cari orangnya.” Usul Denny.
“Gak,
gue gak tau orangnya. Mukanya gak jelas, waktu itu hujan, jadi kaca mobilku
kabur Den.”
“Kaca
mobil elu kabur, kabur ke mana?” Gurau Denny.
“Gak,
gak lucu sama sekali Den, gue serius.” Ketus Alvin.
“Sorry
deh mas bro, bercanda gue. Terus gimana dong caranya kita nemuin dia, salah
satunya saksi hanya cewek itu.”
“Gue
juga bingung, gara-gara itu tidurku gak nyenyak. Biar waktu yang akan menjawab,
aku yakin Tuhan bersamaku.”
Denny
menepuk pundak Alvin.” Itu pasti.” Ucapnya kemudian.
*****
Kekasih dalam Dekapan Tuhan
Rintik air mata telah kering menyisakan sesak di
dada
Mata yang sembab menandakan kedukaan teramat dalam
Liang pekuburan yang kosong telah terisi oleh jasad
Jasad seorang kekasih yang dicintai Tuhan
Bunga bertabur mengiringi kepergianmu
Lantunan doa dari bibir beku memelukmu mesra
Engkau telah kembali kepangkuan-Nya
Menandakan perjalanan di bumi telah usai
Dan memulai perjalanan yang lebih kekal
Walau jasad itu telah tertutup oleh tanah yang basah
Namun namamu tetap abadi dalam sanubari
Sang kekasih kini telah pergi
Kekasih sejati yang ku sebut “Mama”
Terkadang terbesit tanya dalam hati
Mengapa terlalu cepat engkau pergi
Ke tempat yang tak bisa tersentuh oleh kaki yang
lemah ini
Sekarang hanya bayang semumu yang mampu ku peluk
Dan kenangan demi kenangan seakan muncul
Bak kereta api yang panjang
Dan tak pernah ku temukan ujung penghabisannya
Semakin terpuruk, ya batin ini sungguh pedih
Namun, apalah daya
Jika cinta Tuhan lebih besar dari cinta ini
Ikhlas, diri ini mencoba ikhlas
Melepaskan kepergianmu kepangkuan-Nya
Selamat jalan kekasih Tuhan
Selamat jalan Mama
Selamat jalan Bidadariku
Semoga engkau tenang dalam dekapan-Nya
Tunggu anakmu di keabadian
Kelak di surga-Nya
Aamiin Allahumma Aamiin…
Senja di Penghujung Rindu
Malam kembali menyapa
Menggantikan senja di penghujung rindu
Gemerlap cahaya langit memancar
Indah, seindah wajah sendumu
Andai engkau dapat melihatnya
Andai engkau dapat merasakan hembusan angin malam
ini
Andai engkau datang memberi kehangatan
Dengan jaket, selimut atau mungkin sebuah pelukan
Haaa, aku menghela napas panjang
Bahkan bayangmu kini tak tertangkap oleh mata
Suara lembutmu tak terdengar lagi
Rambutmu yang kian memutih tak dapat ke sentuh
Air mata mulai terjatuh
Mengingat kini kau telah tiada
Mengapa, hingga kini kepergianmu masih meninggalkan
kepedihan
Kepedihan yang tak ada penawarnya
Ku cari dirimu dipenghujung malam
Hingga embun pagi menyapa
Tapi kau tak hadir jua
Di setiap mimpi panjangku
Kau tahu,
Aku merindukanmu
Mama...
Mimpi, Impian dan Takdir
Mimpi, Impian dan Takdir
Mimpi, adalah...
Bunga tidur
Penghias malam
Impian, adalah...
Sesuatu yang harus dicapai
Sesuatu yang harus di miliki
Takdir, adalah...
Kehendak Tuhan
Kuasa dan rahasia Tuhan
Dirimu, adalah...
Antara mimpi dan Impian
Hanya penghias hidup yang sulit digenggam ataupun dimiliki
Takdir Tuhan pun berkata demikian
Kita tercipta hanya untuk saling mengenal
Namun, tidak untuk saling memiliki
Sabtu, 07 Oktober 2017
Semua orang berhak bermimpi
Semua orang berhak menggenggam mimpinya
Semua orang berhak menggapai mimpinya
Namun, layaknya sebuah impian
Bisa saja tak sesuai dengan pengabulan
Jika harapan, doa dan usaha telah dilakukan
Dan tak Allah kabulkan
Jangan pernah bersedih dan berkecil hati
Sebab, Allah punya sejuta cara menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya
Terkabulnya impianmu di masa sekarang
atau terkabulnya impianmu di luar dari dunia fana ini
Bersabarlah wahai hati
Ikhlas menerima kehendak-Nya
adalah cara terbaik kita bersyukur :)
Semua orang berhak menggenggam mimpinya
Semua orang berhak menggapai mimpinya
Namun, layaknya sebuah impian
Bisa saja tak sesuai dengan pengabulan
Jika harapan, doa dan usaha telah dilakukan
Dan tak Allah kabulkan
Jangan pernah bersedih dan berkecil hati
Sebab, Allah punya sejuta cara menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya
Terkabulnya impianmu di masa sekarang
atau terkabulnya impianmu di luar dari dunia fana ini
Bersabarlah wahai hati
Ikhlas menerima kehendak-Nya
adalah cara terbaik kita bersyukur :)
Ma, anakmu rindu
Assalamualaikum Ma,
Selamat malam
Ma, sekarang
bagaimana kabar mama disana?
Ma, apakah engkau
tahu sejak kepergianmu untuk selamanya
Rasanya tak ada lagi
semangat untuk hidup
Ma, untuk apa semua
pencapaianku selama ini?
Jika anakmu ini tak
bisa lagi melihat senyuman bahagiamu
Ma, anakmu ini rindu
Rindu mendengar
suaramu, pelukan hangatmu
Dan rindu segalanya
tentangmu
Ma, jangan lama yaaa
Jangan lama
menunggu disana
Jemput anakmu ini
segera
Rabu, 15 Maret 2017
CARA MENENTUKAN
PRIORITAS
MASALAH
(TEKNIK
NON SKORING)
Dalam
pelaksanaan kegiatan organisasi kita tidak terlepas dari pentingnya sebuah
perencanaan. Salah satu aspek perncanaan sebagai langkah yang pertama adalah menentukan
prioritas masalah (problem priority). Kita sering sudah dapat
menjaring beberapa data yang merupakan temuan permasalahan yang dihadapi di
lapangan, tetapi kita terbentur pada masalah keterbatasan ketersediaan sumber
daya, keterbatasan, biaya, dan keterbatasan waktu. Sehingga kita perlu berpikir
menentukan masalah mana yang akan kita selesaikan terlebih dahulu. Ada beberapa
cara dalam menentukan prioritas masalah, secara garis besar dibagi 2 yaitu
Teknik Non Skoring dan Teknik Skoring.
Teknik
Non Skoring yaitu teknik yang digunakan apabila dalam penggalian data kita
tidak tersedia data kuantitatif (data berbentuk angka) yang lengkap dan cukup atau
dengan kata lain data yang tersedia adalah data kualitatif (data yang berasal
dari jajak pendapat peserta). Teknik Non Skoring terbagi dua, yaitu :
1.
Teknik
Delphi
- Pengertian Teknik Delphi
Teknik Delphi adalah cara mendapatkan
informasi, membuat keputusan, menentukan indikator, parameter dan lain-lain
yang reliabel dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang
ahli di bidangnya, yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh ekpertis
atau praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil
kuesioner ini direview oleh pihak fasilitator atau peneliti untuk
dibuat summary, dikelompok-kelompokkan, diklasifikasikan dan kemudian
dikembalikan pada ekspertis dan praktisi yang sama untuk direview, direvisi dan
begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang.
Jadi dapat disimpulkan Delphin Technique yaitu
penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok
orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui
pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk
mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan
adalah prioritas masalah yang dicari.
- Sejarah Metode Delphi
Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan
asosiasinya di Rand Corporation, California pada tahun 1960-an. Metode Delphi
merupakan metode yang menyelaraskan proses komunikasi komunikasi suatu grup
sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang
kompleks.
- Pendekatan Dalam Metode Delphi
Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang berbeda
yaitu : Pembuat keputusan, staf, dan responden. Pembuat keputusan akan
bertangungjawab terhadap keluaran dari kajian Delphi. Sebuah grup kerja yang
terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat
keputusan, bertugas mengembangkan dan menganalisis semua kuisioner, evaluasi
pengumpulan data dan merevisi kuisioner yang diperlukan. Grup staf dipimpin
oleh kordinator yang harus memiliki pengalaman dalam desain dan mengerti metode
Delphi serta mengenal problem area. Tugas staf kordinator adalah mengontrol
staf dalam pengetikan. Mailing kuesioner, membagi dan proses hasil
serta pernjadwalan pertemuan. Responden adalah orang yang ahli dalam masalah
dan siapa saja yang setuju untuk menjawab kuisioner.
- Langkah- Langkah Metode Delphi
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam teknik ini adalah (Dermawan, 2004):
1. Para
pembuat keputusan melalui proses Delphi dengan identifikasi isu dan masalah
pokok yang hendak diselesaikan.
2. Kemudian
kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli, mulai dipilih.
3. Kuesioner
yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik didalam maupun luar
organisasi, yang di anggap mengetahui dan menguasai dengan baik permasalahan
yang dihadapi.
4. Para
ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan
alternatif solusi penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner
kepada pemimpin kelompok, para pembuat keputusan akhir.
5. Sebuah
tim khusus dibentuk merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirimkan
kembali hasil rangkuman kepada partisipasi teknik ini.
6. Pada
tahap ini, partisipan diminta untuk menelaah ulang hasil rangkuman,
menetapkan skala prioritas atau memperingkat alternatif solusi yang dianggap
terbaik dan mengembalikan seluruh hasil rangkuman beserta masukan terakhir
dalam periode waktu tertentu.
7. Proses
ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan telah mendapatkan informasi
yang dibutuhkan guna mencapai kesepakatan untuk menentukan satu alternatif
solusi atau tindakan terbaik.
Sedangkan menurut Mansoer (1989:72) Ciri khas
langkah-langkah proses teknik Delphi adalah sebagai berikut:
1. Masalah
diidentifikasikan dan melalui seperangkat pertanyaan yang disusun cermat
anggota kelompok diminta menyampaikan kesimpulan-kesimpulannya yang potensial.
2. Kuesioner
pertama diisi oleh anggota secara terpisah dan bebas tanpa mencantumkan nama.
3. Hasil
kuesioner pertama dihimpun, dicatat dan diperbanyak dipusat (sekretariat
kelompok).
4. Setiap
anggota dikirimi tembusan hasil rekaman.
5. Setelah
meninjau hasil, para anggota ditanyai lagi tentang kesimpulan-kesimpulan
mereka. Hasil yang baru biasanya menggugah para anggota untuk memberi
kesimpulan baru, malah ada kalanya mereka mengubah sama sekali kesimpulan
pertama mereka
6. Langkah
ke-4 dan ke-5 ini diulangi sesering ia diperlukan,sampai tercapai satu
konsensus.
Langkah-langkah secara
umum metode Delphi dalam 9 langkah mudah :
a. Tentukan
periode waktu
b. Tentukan
jumlah putaran pengambilan pendapat
c. Tentukan
apa saja yang akan didefineTentukan ahlinya
d. Tentukan
input apa yang akan diharapkan dari mereka
e. Review
literatur oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
f. Pelaksanaan
sesi diskusi dan feedback iteratif bersama ekspertis
g. Perumusan
hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan, pengkategorian, ataupun
pemeringkatan
h. Menyepakati
hasil diskusi dan feedback
- Kelebihan Metode Delphi
1. Hasil
berdasarkan dari para ahli.
2. Anonimitas
dan isolasi memungkinkan kebebasan yang maksimal dari aspek-aspek negative dari
interaksi sosial.
3. Opini
yang diungkapkan para ahli luas, karena dari pendapat masing-masing ahli.
- Kekurangan Metode Delphi
1. Biaya
yang besar untuk mengundang para ahli.
2. Hasil
berdasarkan anggapan-anggapan (asumsi).
3. Tidak
semua hasil berjalan sesuai prediksi.
4. Memakan
waktu yang lama.
Dengan metode seperti ini, partisipan yang meliputi
ekspertis dan praktisi dapat memberikan pendapat dan opini dengan bebas dan
objektif, tanpa takut disalahkan, bahkan dapat merevisi pendapat mereka yang
sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang diperoleh dapat bersifat sereliabel
mungkin.
- Contoh Menentukan Prioritas Masalah dengan Teknik Delphi
Nama Metode Delphi memang sophisticated (udah
bayangin bahasa pemrograman aja), tapi sebenernya ide metode ini sudah ada
sejak tahun 1970-an. Yang berbeda, mungkin media yang digunakan. Pengambilan
input, review, diskusi dan sebagainya dapat dilakukan dengan pertemuan tatap
muka, via telepon, e-mail, sampai dengan e-meeting.
Metode ini dilakukan melalui kesepakatan sekelompok
orang yang sama keahliannya untuk masalah yang sedang dibicarakan dengan
langkah-langlah:
1) Tentukan
kriteria yang akan digunakan untuk menilai permasalahan, contohnya:
a) Luasnya
masalah
b) Kegawatan
masalah
c) Besarnya
masalah
d) Kecendrungan
meningkat
2) Menentukan
bobot masing-masing kriteria, contoh:
a) Luasnya
masalah (A) bobot 6
b) Kegawatan
masalah (B) bobot 9
c) Besarnya
masalah (C) bobot 8
d) Kecendrungan
meningkat (D) bobot 5
3) Menentukan
skala nilai untuk kriteria, misalnya 1-10
4) Menentukan
prioritas masalah
Kriteria
Masalah
|
A
Bobot 6
|
B
Bobot 9
|
C
Bobot 8
|
D
Bobot 5
|
Jumlah
|
Prioritas
|
PUS tidak menjadi aksepto
|
3x6
|
2x9
|
3x8
|
4x5
|
80
|
III
|
Ibu hamil kurang gizi
|
6x6
|
3x9
|
4x8
|
9x5
|
140
|
I
|
Balita tidak ditimbang
|
4x6
|
5x9
|
2x9
|
5x5
|
110
|
II
|
2.
Teknik
Delbecq
- Pengertian Teknik Delbecq
Menetapkan prioritas
masalah menggunakan teknik
ini adalah melalui diskusi kelompok namun peserta
diskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya
dijelaskan dahulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap
masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah
yang disepakati bersama.
- Langkah – Langkah Teknik Delbecq
1)
Peringkat
masalah ditentukan oleh sekelompok orang yang berjumlah antara 6 sampai 8 orang atau lebih;
2)
Mula-mula
dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan peringkat prioritasnya;
3)
Kemudian
masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan
prioritasnya,
4)
Penulisan
tersebut dilakukan secara tertutup;
5)
Kemudian kertas
dari masing-masing orang
dikumpulkan dan hasilnya dituliskan
di belakang setiap masalah;
6)
Nilai peringkat
untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling besar berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
- Kelebihan Teknik Delbecq
Keuntungan menggunakan
metode Delbecq :
1)
Banyak ide yang
dihasilkan. Setiap peserta yang mengikuti diberi kesempatan untuk menuliskan
idenya dalam kertas. Hal itu membuat ide yang dihasilkan akan semakin banyak
daripada peserta mengemukakan secara langsung.
2)
Berguna untuk
mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi solusi dan menetapkan prioritas. 5
rangkaian metode ini bermanfaat untuk mengidentifikasi semua masalah yang ada.
Setiap peserta akan menyampaikan setiap masalah yang mereka hadapi dalam
secarik kertas. Berdasdarkan hasil tersebut dapat dilakukan identifikasi
masalah yang ada. Selanjutnya peserta dapat diintruksikan untuk menulis solusi
yang mungkin dapat dilakukan untuk masalah yang ada sesuai dengan pendapatnya
sendiri. Lau menetapkan suatu prioritas melalui kesepakatan bersama. Prioritas
yang dihasilkan akan dapat mencerminkan apa yang benar terjadi dalam
masyarakat.
3)
Mendorong semua
orang untuk berkontribusi dan mencegah orang dari mendominasi diskusi. Setiap
peserta diberikan porsi yang sama, sehingga tidak ada pihak ynag mendominasi
dalam kegiatan ini.
4)
Menganggap
setiap peserta adalah sama.
5)
Melibatkan
setiap anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan.
6)
Setiap orang yang
berbeda menunjukkan berbagai perspektif dan prioritas yang berbeda. Setiap
peserta yang terlibat mempunyai latar belakang yang berbeda beda, baik dari
segi pendidikan, ekonomi maupun sosial dan budaya. Perbedaan latar belakang
membuat pola pikir dan presepsi setiap orang berbeda. Hal inilah yang akan
dapat memperkaya maslah yang muncul maupun solusi yang ditawarkan.
7)
Melibatkan
setiap peserta untuk menulis setiap gagasan yang mereka miliki.
8)
Membutuhkan
hanya satu fasilitator terampil. Dalam metode ini hanya membutuhkan satu orang
yang memipin diskusi sekaligus memberikan instruksi. Fasilitator
bertanggungjawab atas keberlangsungan kegiatan.
- Kelemahan Teknik Delbecq
1) Mengasumsikan setiap peserta bisa membaca dan
menulis
Asumsi setiap peserta bisa membaca dan menulis
bukanlah suatu keputusan yang tepat. Setiap orang mempunyai latar belakang
pendidikan yang berbeda, apalagi jika Delbecq dilakukan di masyarakat desa.
2) Anggota kelompok harus membuat diri mereka tersedia
untuk waktu yang diperlukan. Delbecq dengan mekanisme yang sudah ditentukan
membutuhkan waktu yang relatif lama.
3) Ide-ide dapat sakit informasi atau tidak praktis
Setiap peserta harus mempunyai ide yang realistis dengan kondisi disekitar
mereka. Terkadang muncul berbagai ide yang bagus tapi tidak realistis untuk diterapkan
dilingkungan mereka.
4) Tidak semua peserta akan menerima apa yang menjadi
kesepakatan dalam metode Delbecq.
- Contoh Menentukan Prioritas Masalah dengan Metode Delbecq
1) Identifikasi
masalah yang ada (misalnya ada 3 masalah)
2) Bagi
peserta menjadi beberapa kelompok (4-5 orang). Setiap kelompok berdiskusi untuk
memberikan skor pada tiap masalah dengan skor tertinggi 10 dan terendah 1.
Pemberian skor tinggi atau rendah tentunya mengacu pada kriteria seperti:
perhatian masyarakat, prevalensi kejadian, berat ringannya masalah, kemungkinan
masalah untuk diatasi, ketersediaan sumber daya masyarakat, dan lain-lain.
Contoh pemberian skor:
Kelompok 1
No
|
Masalah
|
Skor
|
1
|
Risiko terjadinya penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi pada balita
|
5
|
2
|
Risiko timbulnya penyakit menular
|
6
|
3
|
Tingginya angka kejadian neonatal
|
8
|
Kumpulkan hasil penentuan skor tersebut, masukkan
dalam tabel perhitungan sebagai berikut :
Hasil
Penentuan Prioritas Masalah
Masalah
|
Kelompok
|
Jumlah
Skor
|
Prioritas
Masalah
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
Risiko terjadinya penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi pada balita
|
5
|
5
|
8
|
7
|
8
|
33
|
II
|
Risiko timbulnya penyakit menular
|
6
|
4
|
7
|
6
|
5
|
28
|
III
|
Risiko terjadinya penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi pada balita
|
8
|
6
|
10
|
8
|
7
|
39
|
I
|
Setelah diketahui urutan prioritas masalah maka
pemecahan masalahnya mengikuti urutan tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)